Ingin Main Saham? Berikut Cara Menghitung Harga Wajar Saham dan Contohnya

Rabu, 25 Oktober 2023


Assalamualaikum
Halo semuanya

Investasi, baik dalam jangka panjang maupun pendek, seperti trading di broker terbaik, memerlukan analisis dan perhitungan yang cermat. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah menghitung harga wajar saham.

Proses ini krusial untuk menilai nilai setiap saham yang akan diinvestasikan, menghindari pemborosan modal yang berharga. Menghitung harga wajar saham bisa terlihat rumit, tetapi pemahaman ini sangat penting dalam dunia investasi. 

Bagi kamu yang ingin mulai atau serius bermain saham, mari pelajari lebih lanjut tentang cara menghitung harga wajar saham dan beberapa contohnya.


Harga Wajar Saham


Harga wajar saham adalah harga yang dianggap adil atau seimbang berdasarkan analisis fundamental kinerja keuangan perusahaan yang menerbitkan saham. Analisis ini mencakup faktor-faktor seperti laba bersih, pertumbuhan pendapatan, arus kas, dividen, dan faktor lain yang mempengaruhi kinerja perusahaan serta prospeknya di masa depan. 

Harga wajar saham berguna sebagai pedoman bagi investor dalam menilai apakah suatu saham dihargai terlalu tinggi, terlalu rendah, atau seimbang dengan nilai intrinsiknya. Berikut adalah beberapa metode dan contoh perhitungan:




1. Earning per Share (EPS)

Kita bisa menggunakan Earning per Share (EPS) dengan cara membagi laba bersih perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. Nilai Price to Earnings Ratio (PER) yang dianggap wajar akan berbeda tergantung pada industri dan faktor-faktor lain yang memengaruhi perusahaan. Semakin besar EPS perusahaan, semakin besar kemungkinan harga sahamnya naik. Contohnya:

Harga wajar saham = Harga saham ÷ EPS

Contoh: Harga saham saat ini Rp10.000 dan EPS Rp500.
Harga wajar saham = Rp10.000 ÷ Rp500
Harga wajar saham = 20

Dalam contoh ini, hasil 20 menunjukkan bahwa harga saham dianggap adil jika perusahaan dapat mempertahankan tingkat EPS tersebut. Jika harga saat ini di bawah harga wajar, saham dianggap murah; jika di atas, saham dianggap mahal.


2. Dividen Yield (DY)

DY menghitung rasio dividen per saham dengan harga saham. DY menunjukkan persentase dividen yang diterima investor per tahun terhadap harga saham yang dibayarkan. Semakin tinggi DY, semakin besar pembayaran dividen kepada investor. Contohnya:

DY = Dividen per saham ÷ Harga saham x 100%

Contoh: Harga saham Rp1.000 dan dividen per saham Rp50.
DY = Rp50 ÷ Rp1.000 x 100%
DY = 5%

Dibandingkan dengan DY industri rata-rata sekitar 3%, ini menunjukkan bahwa perusahaan memberikan keuntungan lebih kepada investor dari segi dividen.


3. Price to Book Value (PBV)

PBV adalah rasio harga saham per lembar dengan nilai buku per lembar saham. PBV mengukur seberapa besar nilai pasar perusahaan dibandingkan dengan nilai bukunya. Semakin tinggi PBV, semakin mahal harganya. 

Rumus: PBV = Harga saham ÷ Nilai buku per lembar saham

Contoh: Jika perusahaan LMN memiliki harga saham Rp1.200 dan nilai buku per saham Rp800, maka PBV perusahaan LMN adalah 1,5.
PBV = Rp1.200 ÷ Rp800 = 1,5

Jika PBV lebih tinggi dari rata-rata industri, saham perusahaan mungkin dianggap overvalued.



4. Price to Earning Share (PER)

Rumus: PER = Harga saham ÷ Laba bersih (EPS)

Contoh: Jika perusahaan ABC memiliki harga saham Rp2.000 dan EPS Rp200, maka PER perusahaan ABC adalah 10.
PER = Rp2.000 ÷ Rp200 = 10
Jika PER lebih rendah daripada rata-rata industri, saham perusahaan mungkin dianggap undervalued.


5. Price Earning to Growth Ratio (PEG)

PEG menggabungkan PER dengan pertumbuhan EPS perusahaan. PEG yang rendah menunjukkan harga saham yang tergolong murah.

Rumus: PEG = PER ÷ Pertumbuhan EPS

Contoh: Jika perusahaan XYZ memiliki harga saham Rp3.000, EPS Rp300, dan pertumbuhan EPS 20%,
PEG = 10 ÷ 20% = 0,5
Jika PEG lebih rendah daripada PER rata-rata industri, saham mungkin undervalued.


6. Return on Equity (ROE)

ROE mengukur efisiensi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari modal yang diinvestasikan. ROE yang tinggi menunjukkan efisiensi yang baik. ROE perusahaan harus dibandingkan dengan perusahaan sejenis di industri yang sama.

Rumus: ROE = Pendapatan bersih ÷ Total ekuitas x 100%

Contoh: Jika perusahaan ABC memiliki pendapatan bersih Rp200 juta dan total ekuitas Rp1 triliun, ROE adalah 20%.
ROE = Rp200 juta ÷ Rp1 triliun x 100% = 20%

Makin tinggi ROE, makin efisien perusahaan menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham.



7. Debt to Equity Ratio (DER)


DER mengukur rasio utang perusahaan dibandingkan dengan ekuitas. DER yang rendah mengindikasikan risiko yang lebih rendah dalam hal utang. DER perusahaan harus dibandingkan dengan perusahaan sejenis di industri yang sama.

Rumus: DER = Total utang ÷ Total ekuitas

Contoh: Jika perusahaan XYZ memiliki total utang Rp100 miliar dan total ekuitas Rp200 miliar, DER adalah 0,5.
DER = Rp100 miliar ÷ Rp200 miliar = 0,5

Jika DER lebih rendah daripada perusahaan sejenis di industri, saham mungkin undervalued.


***

Untuk menentukan harga wajar saham dengan baik, penting juga memahami latar belakang perusahaan, kondisi pasar, dan tren industri. Ini akan membantu membuat proyeksi yang lebih akurat tentang pertumbuhan perusahaan dan nilai sahamnya di masa depan. Pastikan untuk terus memperdalam pengetahuan kamu dalam dunia investasi dan trading.

Pastikan juga untuk memilih broker forex yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan trading kamu, seperti HSB Investasi sudah teregulasi BAPPEBTI. 

HSB menyediakan 45 Instrumen trading yang bisa diperdagangkan berupa pasangan forex terpopuler, saham Amerika Serikat, indeks, dan komoditas. HSB memiliki 6 jenis akun trading yang dapat dipilih berdasarkan kebutuhan dan keinginan kamu.

Demikian penjelasan mengenai cara menghitung harga wajar saham dan contohnya, semoga menambah wawasan para pembaca yang ingin serius belajar mengenai saham.

Terima kasih

xoxo
dila

Tidak ada komentar

Posting Komentar