Assalamualaikum,
Halo semuanya~
Biasanya kacamata terasa nggak nyaman karena minus terlalu rendah alias sudah tidak cocok. Namun hal sebaliknya terjadi pada saya, bertahun-tahun merasa nggak nyaman menggunakan kacamata akibat minus yang terlalu tinggi... Loh kok bisa?
Baiklah teman-teman, pada artikel ini saya ingin curhat tentang masalah kacamata. Mungkin saja kamu juga mengalami tapi belum menyadarinya.
***
Saya yakin, ketakutan terbesar para pengguna kacamata adalah ukuran yang bertambah, ntah itu minus atau silindris. Sehingga takut mengganti kacamata secara berkala atau lebih memilih mengganti kacamata tanpa mengecek kembali minus/silindris.
Saya pun demikian, setiap ingin membuat kacamata baru, berharap minus tidak bertambah. Tapi itu sulit terjadi karena kacamata yang sedang digunakan terasa nggak nyaman dan harus mengecek mata supaya bisa menggunakan kaca dengan resep yang sesuai. Dan hasilnya adalah ada minus atau silindris yang bertambah.
Sedikit flashback, saya sudah mengunakan kacamata sejak kelas 5 SD. Saat itu ada pengecekan mata di sekolah, karena tak bisa melihat dengan baik Snellen Chart atau poster tes mata, guru menyuruh saya untuk pemeriksaan mata lebih lanjut di dokter mata. Dan hasilnya mengejutkan! Mata saya minus 2!
Contoh Snellen Chart |
Kok bisa anak kelas 5 SD minus 2 di jaman itu? Kalau dipikir-pikir wajar saja karena dulu sering main nintendo. Jaman dulu kabel nintendo agak pendek yang membuat kita duduk dekat dengan TV. Selain itu kontras warna TV sangat tajam sehingga bisa merusak penglihatan jika melihatnya terlalu lama.
Kisah saya dengan Nintendo bisa dibaca di sini : Game Favorit dari Dulu hingga Sekarang
Sejak kelas 5 SD hingga lulus kuliah minus mata saya terus naik dan juga ada tambahan silindris. Ini terjadi mungkin karena tidak bisa merawat mata dengan baik, apalagi teknologi makin berkembang yang mana muncul laptop dan ponsel yang menjadi "mainan" sehari-hari.
***
Singkat cerita, setelah bekerja saya jadi rutin membeli kacamata baru karena ada jatah reimburse dari perusahaan. Sekitar 6 tahun lalu atau sebelum covid, kacamata mulai terasa nggak nyaman. Padahal dibuat sesuai hasil pengecekkan terbaru. Anehnya soft lens yang dipakai dengan menggunakan resep tahun 2012 masih nyaman hingga saat itu.
Oleh karena setiap hari lebih sering memakai soft lens dari pada kacamata, saya mengabaikan rasa tak nyaman itu.
Hingga akhir tahun kemarin yaitu tahun 2023 di mana saya sudah resign dan bekerja dari rumah yang mana setiap hari menggunakan kacamata. Selama tahun 2023 saya membeli dua kacamata dari tempat yang berbeda dan tak ada yang cocok.
Saya merasa makin khawatir karena bahkan melihat tulisan besar di jalan saja tak fokus. Masa dengan kacamata baru yang resepnya sudah makin tinggi masih nggak cocok? Apakah mata saya separah itu?
Akhirnya saya mengumpulkan semua kacamata di rumah dan mencobanya satu persatu. Ada 6 kacamata dan ternyata ada satu yang cocok dipakai. Kacamata itu sudah jelek, bahkan lapisan kacanya sudah terkelupas.
Sepertinya kacamata itu dibeli tahun 2018 ke bawah. Dan saya sangat senang karena berarti mata ini cocok dengan kacamata lama yang pasti resepnya lebih rendah daripada yang dibeli tahun 2023.
Kacamata tersebut dibeli saat masih kerja di Cilegon di optik Melawai. Namun di Bukittinggi nggak ada optik Melawai, hingga harus pergi ke Padang demi mengetahui ukuran kacamata tersebut dan membeli dengan ukuran yang sama.
Butuh waktu sekitar 2 jam ke Padang, begitu sampai di Melawai ternyata benar kalau ukurannya lebih rendah, baik itu minus mata kiri dan silindris mata kanan dan kiri. Bayangkan, masa silindris mata kiri 2,75 (tahun 2020) sementara ukuran yang cocok adalah 1,75 !! Berarti ada kesalahan pengecekkan mata pada tahun 2020.
Sekitar satu minggu kacamata bisa diambil dan saya nggak sabar menggunakannya. Namun drama kacamata nggak selesai sampai di sini. Begitu mencoba kacamata yang dibuat persis dengan resep kacamata lama yang cocok itu, saya merasa nggak bisa melihat dengan fokus. Lah kok bisa?
Saat itu saya nggak berani menuntut pihak optik, karena katanya mereka sudah membuat sesuai resep. Akhirnya pulang dengan kecewa dan berharap ada masa penyesuaian, padahal belinya mahal.
Setelah coba memakai kacamata baru itu, saya merasa sepertinya titik fokusnya nggak tepat makanya hasilnya tak fokus. Karena saat posisi kacamata diubah seperti lebih ke atas, lumayan terlihat fokus.
Saya merasa masih ada harapan dan memutuskan ke optik yang ada di Bukittinggi yang merupakan optik langganan mama. Di sana saya minta dibuatkan kacamata dengan resep yang sama dengan titik fokus yang pas.
Saat itu semacam moment of truth, apakah benar titik fokus yang salah atau memang resep yang tidak pas. Tidak perlu menunggu seminggu, di hari yang sama kacamatanya langsung selesai. Dan ketika saya memakainya, Alhamdulillah!! Lega sekali karena resepnya cocok dan fokusnya pas.
***
Dari kasus ini saya baru mengetahui bahwa memeriksa mata itu tidak bisa buru-buru dan sebaiknya benar-benar dirasakan apakah cocok atau tidak. Dan tidak selalu minus atau silindri itu naik, mana tau harus diturunkan.
Masih misteri apakah silindris saya benar-benar turun, tapi sepertinya tidak. Namun kalau memang tidak turun, saya cukup takjup karena bertahun-tahun menggunakan kacamata yang resepnya salah, Alhamdulillah mata saya masih cocok dengan resep yang rendah, tidak membuatnya makin parah.
Demikianlah cerita saya yang ternyata menggunakan kacamata yang ukurannya salah bertahun-tahun. Bisa jadi insight bagi pembaca semuanya, mana tau sedang merasakan hal yang sama. Kalau kacamata nggak cocok, mana tau ukurannya ketinggian.
Untuk penderita minus dan silindris mungkin hal ini memang sulit. Saat tes mata, mungkin kita bisa lihat namun hurufnya tidak fokus. Sehingga dikira minus yang bertambah. Padahal silindrisnya yang perlu disesuaikan.
Sekian kisah saya, bisa tulis di kolom komentar jika kamu punya kisah unik dengan kacamata.
Terima Kasih.
xoxo