Tarusan Kamang -Terkenal Berkat Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Minggu, 08 Mei 2022

 


Assalamualaikum
Halo apa kabar semuanya?

Bagaimana lebarannya?

Lebaran tahun ini banyak sekali wisatawan yang berkunjung ke kota Bukittinggi sehingga area taman Jam Gadang sangat ramai seperti dikerumuni semut.

Sebagai orang asli (perbatasan) Bukittinggi saya jadi malas ke luar. Jangankan ke pusat kota, melihat jalan raya yang dipenuhi kendaraan saja saya sudah gelisah.

Ngomong-ngomong liburan ke Bukittinggi, saya jadi ingat sebuah tempat yang cukup recommended bagi teman-teman yang ingin liburan sambil healing. Karena tempatnya hijau, bukan berada di pusat kota dan sebenarnya juga bukan tempat wisata resmi, yaitu Tarusan Kamang!

Saya sendiri mengenal Tarusan Kamang dari sebuah film Indonesia yang dirilis pada tahun 2013 yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. 


Ini adalah salah satu film Indonesia favorit saya. Alasannya adalah:

- Karena film Indonesia! Jujur saya tidak begitu hobi menonton di Bioskop, namun selalu semangat kalau ada film Indonesia yang bagus, asalkan bukan genre horor.

- Latarnya di ranah minang alias kampung halaman saya. Film ini memanjakan mata kita dengan pemandangan alam ranah minang tempo dulu yang amat indah!

- Ceritanya tentang adat Minangkabau. Film yang ceritanya diambil dari novel karangan
Buya Hamka ini memperlihatkan adat Minangkabau yang masih dipakai hingga sekarang.

- Akting aktor & aktrisnya bagus!

Saya berterima kasih terhadap pihak-pihak yang telah membuat film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, karena sinematografinya bagus, ceritanya menarik dan berhasil memperlihatkan adat dan budaya Minangkabau. Selain itu mereka ahli mencari sudut-sudut yang autentik di Sumatera Barat yang bahkan belum terekspos selama ini.


Salah satu adegan favorit di film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck adalah saat Hayati dan Zainuddin berada di Tarusan Kamang.

Pada film, Terusan Kamang terlihat seperti danau, namun nyatanya tidak bisa dibilang sebagai danau karena hanya genangan air. Konon katanya air tersebut ada saat musim kering dan malah kering saat musim hujan. Ajaib yah!! 

Tarusan Kamang ini dikelilingi oleh bukit-bukit dan padang rumput yang hijau. Sekilas terlihat seperti lapangan golf.

Penasaran dengan Tarusan Kamang, akhirnya saya mengajak keluarga untuk mengunjunginya pada tahun 2014. Jadi kisah dan foto-foto di sini adalah kilas balik yah.

Tarusan Kamang

Sayangnya saya dan keluarga ke Tarusan Kamang saat gerimis. Ditambah lagi kondisi langit sedang tidak bersih karena ada kabut pembakaran hutan kiriman dari Riau. Seharusnya di belakang Tarusan Kamang itu adalah bukit-bukit yang hijau tetapi di foto ini, bukitnya tertutup oleh kabut.

Seandainya tidak gerimis, hal yang bisa dilakukan di Tarusan Kamang adalah, berfoto dan piknik di atas rumput hijau sambil memandang pemandangan sekitar.


Saat itu area ini bebas dikunjungi dan tidak ada biaya masuk. Saya kurang tau kondisinya sekarang, apakah masih seperti ini atau sudah berubah menjadi tempat wisata berbayar. Apapun itu, semoga kondisi sekarang lebih baik dan tetap asri.



Alih-alih merasakan sensasi film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, foto di atas seperti iklan susu. Yaitu berada di pandang rumput yang dipenuhi oleh sapi (aktualnya adalah kerbau).

Terima kasih kepada papa yang telah rela menelusuri jalan yang jauh dan berlika-liku tuk membawa anak gadisnya yang merantau dan sekali-kali pulang, untuk mengunjungi Tarusan Kamang karena terinspirasi dari film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. 

-----

Lokasi : Kamang, Bukittinggi
Tanggal : 31 March 2014

***

Tulisan ini dibuat untuk 30 Day Ramadan Challenge 2022 oleh Blogger Perempuan Network dengan tema Bebas.

Terima kasih sudah berkunjung dan membaca blog saya.
  • Note : Semua foto adalah dokumen pribadi, dilarang menggunakan foto dari artikel ini tanpa ijin.

xoxo
Dila

2 komentar:

  1. Mba Dilaaa aku juga suka film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk!!! Akting pemainnya bagus-bagus, walaupun durasinya panjang tapi aku tonton sampai habis. Btw itu tempatnya kalau di New Zealand banyak domba, kalau di Bukittinggi yang itu banyak kerbaunya. Wisata alam kayak gini enak ya mba Dila, udaranya sejuk terus mata bisa adem lihat yang hijau-hijau tak terbatas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tos Endah, btw kita jadi ketahuan tuanya ga sih suka film ini,wkwkw. Trus aku jadi inget, dulu nonton film ini mpe dua kali di bioskop.

      Iya, di sini banyak kerbau (kabau), makanya nama suku di sini minangkabau. Iya, tempatnya enak banget, sambil baca buku seru tuh kayaknya sambil lihat yang hijau-hijau.

      Hapus