Culture Shock Saat Pertama Kali Tinggal di Korea Selatan

Rabu, 22 Juni 2022

Culture Shock Saat Pertama Kali Tinggal di Korea Selatan

Bisa dibilang saat ini negara yang paling ingin dikunjungi oleh anak muda dan kaum perempuan di Indonesia adalah Korea Selatan. Hal ini berkat suksesnya Hallyu (Korean Wave) yang menerjang beberapa negara di Asia termasuk Indonesia dalam sepuluh tahun kebelakang.

Berdasarkan wikipedia, Hallyu atau Gelombang Korea adalah adalah sebuah istilah yang merujuk pada tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di seluruh dunia dimulai dari tahun 1990-an.

Budaya pop Korea mencakup musik (K-Pop), drama, film, Webtoon, makeup hingga permainan daring (game online). Sehingga ada banyak "pintu" yang membuat anak muda Indonesia menyukai Korea dan ingin mengunjunginya.

Sebagai "anak muda" yang menyukai Korea jalur drama dan K-Pop, saya merasa beruntung pernah tinggal di Korea beberapa bulan karena ditugaskan oleh perusahaan tempat saya bekerja saat itu.

Memang sudah lama yaitu pada tahun 2012, bahkan beberapa kisah di Korea sudah dituliskan di blog ini. 사실은 pengalaman tinggal di negara gingseng tersebut menjadi salah satu alasan blog ini bisa bertahan hingga sekarang.


Dari beberapa kisah yang sudah terbit, ternyata ada satu hal yang belum pernah dituliskan yaitu mengenai culture shock saat pertama kali tinggal di Korea Selatan. Namanya juga berkunjung ke negara lain, pasti ada hal yang baru atau sangat berbeda dengan tradisi di Indonesia. Jangankan ke luar negeri, ke luar daerah saja sudah banyak perbedaan budaya yang dirasakan.

Mengingat ini adalah pengalaman tinggal di Korea pada tahun 2012, mungkin diantara culture shock berikut ada yang bukan hal baru lagi bagi penggemar budaya Korea. Atau ada hal yang sudah diadaptasi di Indonesia saat ini.

아무튼 tujuan saya menulis artikel ini adalah mengenang perbedaan budaya yang dirasakan saat pertama kali mengunjungi Korea untuk bekerja beberapa bulan.

Yang penasaran, yuk baca artikel ini hingga selesai yah ^^ 


Culture Shock Saat Pertama Kali Tinggal di Korea Selatan



1. Budaya Antri & On Time


Saat pertama kali ke Korea, saya sangat takjub dengan budaya antri dan tepat waktu warga di sana baik di kota besar maupun kota kecil. 

Di manapun dan kapanpun itu, seperti saat naik bus, ke toilet umum hingga jajanan tepi jalanpun antrian sering terlihat. Tidak ada pengecualian, semua orang harus berbaris dengan rapi tanpa diatur. Saya paling suka antrian toilet, karena sistemnya satu antrian untuk semua toilet, bukan banyak antrian di setiap toilet. Untunglah budaya ini sudah dipraktekkan di mall-mall besar di Jakarta saat ini.

Budaya on time warga Korea juga 대박!! Paling berkesan ketika ini benar-benar diaplikasikan pada jadwal bus. Ada tidaknya penumpang, bus akan datang dan pergi sesuai jadwal. Begitu juga saat mampir ke rest area, jika supir mengatakan istirahat selama 10 menit maka bus benar-benar berhenti dalam waktu 10 menit. Sistem tepat waktu pada alat transportasi di Korea membuat saya tidak khawatir saat berpegian karena sudah tau jadwalnya.

Culture Shock Saat Pertama Kali Tinggal di Korea Selatan
Bus di kota Yeosu


2. Aman Meninggalkan Benda Berharga di Tempat Umum


Korea adalah negara yang aman karena banyak pengalaman pribadi atau kisah orang lain yang membuktikan keamanan negara kimchi ini.

Saya pernah ke kafe sendirian, lalu meninggalkan tas yang berisi dompet dan ponsel di meja karena ingin pergi ke toilet. Alhamdulillah semuanya aman begitu kembali dari toilet.

Teman saya mengalami hal yang lebih menakjubkan. Saat itu dia meninggalkan kamera DSLR di atas tempat duduk kereta bawah tanah saat jalan-jalan dari Gwangyang ke Busan yang mana dua kota ini berjarak sekitar 130Km.

Keesokan harinya dia melaporkan barang hilang kepada petugas di stasiun Gwangyang, setelah dicek ternyata memang ada penemuan kamera di stasiun Busan. Bayangkan sebuah kamera mahal yang ketinggalan di dalam kereta tidak ada yang mencuri. Beda halnya kalau ini terjadi di Indonesia. 

Culture Shock Saat Pertama Kali Tinggal di Korea Selatan
at Pink Pool Cafe - Style Nanda


3. Budaya Self Service


Di tahun 2012 budaya self service di restoran merupakan hal sangat baru bagi saya. Sehingga ini menjadi shock culture saat tinggal di Korea.

Mayoritas restoran di Korea memberlakukan budaya self service seperti restoran di bandara, rest area hingga kafe atau resto cepat saji seperti KFC dan McD.

Oleh karena itu pengunjung harus memesan langsung di kasir, mengambil pesanan sendiri hingga merapikan meja dan mengantarkan gelas dan piring ke tempat yang sudah ditentukan.

Namun ini tidak berlaku di beberapa resto mahal atau tempat makan tertentu.



4. Tidak Ada Nasi di McD/KFC


KFC atau McD adalah resto siap saji yang sudah tersebar hampir di seluruh dunia. Oleh karena itu, saat liburan di negara non muslim, resto yang terkenal dengan ayam goreng krispi ini menjadi pilihan favorit.

Namun perlu diketahui bahwa variasi menu mereka di setiap negara ternyata berbeda lho!

Perbedaan mencolok KFC/McD di Korea adalah tidak menyediakan nasi, saos/sambal tidak gratis namun pengunjung bisa mendapatkan free refill untuk minuman. Serta mereka tidak menjual ayam secara satuan, biasanya porsi tiga potong atau lebih.

Mengetahui hal tersebut, saat makan di KFC/McD di Korea, saya dan teman sudah membawa nasi dan saos sambal dari rumah. 

Culture Shock Saat Pertama Kali Tinggal di Korea Selatan
Makan siang bersama dengan teman di sebuah resto di kota Pohang, tapi bukan di KFC/McD



5. Botol Minyak Vs Botol Sabun/Sampo


Saat baru sampai di Korea, tentu perlu menyetok kebutuhan sehari-hari seperti peralatan mandi dan bahan makanan. 

Ketika berbelanja di supermarket di sana, saya kaget melihat ukuran botol sabun dan sampo serba besar. Kalau tidak salah, paling kecil adalah ukuran 1,5l sehingga tidak ada ukuran yang lebih kecil apalagi kemasan sachet.

Sebaliknya saat pergi ke etalase minyak goreng, di sana malah banyak sekali produk minyak goreng yang dijual dalam kemasan botol kecil. Sangat sedikit minyak goreng dalam kemasan besar.

Ini berbanding terbalik dengan supermarket di Indonesia. Mungkin di Korea lebih banyak penggemar sabun ukuran jumbo karena lebih hemat dan toh tanggal kadaluarsanya lama. 

Sementara produk minyak dijual dalam kemasan botol kecil karena orang Korea jarang memasak dengan cara menggoreng (deep frying) . Seperti yang terlihat di drama Korea, mereka lebih sering membuat sup, menumis dan memakan sayuran secara mentah.


6. Banyak Agen Misionaris


Hingga sekarang sebagian besar masyarakat Korea tidak beragama. Bahkan di KTP mereka tidak ada label agama.

Namun ternyata banyak agen misionaris Kristen di Korea lho! Saya cukup kaget karena beberapa kali didekati oleh orang yang menyebarkan agama Kristen saat berada di tempat umum seperti supermarket dan downtown.

Padahal sudah jelas-jelas saya berjilbab namun mereka tetap percaya diri muncul sambil memberikan selebaran ajaran agama yang terdiri dari beberapa bahasa, salah satunya bahasa Inggris.



7. Pasangan Uwu di Tempat Umum


Mungkin ada yang mengira hal-hal romantis di drama Korea adalah sesuatu yang berlebihan dan tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Jangan salah! beberapa diantaranya sungguh terjadi loh! 진짜로!

Pasangan uwu atau romantis mudah dijumpai di tempat umum. Mulai dari pasangan yang mengenakan baju couple, laki-laki yang melindungi pacarnya di kereta bawah tanah, bermesraan di kafe ataupun di jalan.

Pokoknya kalau jomblo di Korea akan merasa baper!

Pengalaman saya kenal dengan beberapa cowok Korea, memang so sweet! Padahal saat itu kami hanya berteman, tidak lebih. Tapi, mungkin tak semua yah, bisa jadi saya kebetulan bertemu dengan cowok yang baik dan perhatian.

Culture Shock Saat Pertama Kali Tinggal di Korea Selatan
Salah satu pasangan uwu di area publik : "ARMY dan BTS Jungkook" ^^


***

Demikianlah tujuh hal yang menjadi culture shock saat pertama kali tinggal di Korea pada tahun 2012. Memang sudah lama, namun masih membekas hingga saat ini.

Semoga pengalaman saya ini bisa jadi catatan bagi kamu yang ingin liburan ke negara Korea Selatan, mengingat sakarang kondisi kesehatan dunia sudah membaik yang berarti sudah mudah mengunjungi negara lain. Jadi enggak kaget saat tiba di Korea Selatan.


xoxo
Dila

16 komentar:

  1. Wah jadi makin pengen nih ke korea, siapa tau bisa ketemu jodoh disana hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ke Korea pengen liburan X , ke Korea pengen nyari jodoh V .... wkwk..

      Hapus
  2. Halo mbaa salam kenal. Menarik bangeet bahas tentang culture shock ini karena bikin kami kami yang baca jadi tahu hal-hal di sana. Senangnyaaa jikaa semua serba teratur gitu jadi bisa prediksi waktu pergi dan pulang.l tanpa harus nggu lama di halte atau stasiun.

    Self service sepertinya di Indonesia juga mulai di terapkan. Semoga bisa konsisten dan terus di lakukan. Setidaknya mengadopsi hal baik dari negara lain hhhe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo salam kenal juga mba. Terima kasih udah mampir di blog saya. Senang sekali tulisan ini bisa menambah wawasan orang lain ^^.

      Iyah, di sana sudah serba teratur, tertib dan aman. Beberapa sudah ada yang diterapkan di Indonesia termasuk penggunaan kantong plastik, di tahun 2012 itu di Korea juga meminimalisir penggunaan kantong plastik dan lebih disarankan pakai kardus saat berbelanja di supermarket.

      Hapus
  3. Wah yang baru aku tahu ternyata di Korea itu banyak agen misionarisnya ya mba. Berarti harus hati - hati dan ga boleh gampang percaya ama orang kalau di sana ya mba.

    Oh ya aku juga baru tahu kalau ternyata di korea itu aman banget ya. Pantesan aku suka liat di drakor2 banyak cwo atau cw pulang malam sendirian

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya mba, agen misionaris itu agak mengganggu sih, soalnya mereka kayak benar-benar mengincar turis.

      Mengenai keamanan, katanya itu juga karena banyak cctv di tempat umum mba, jadi orang tidak berani mencuri.

      Hapus
  4. Pengalaman yang menarik banget ya kak tinggal di negeri K-Pop karena kultur mereka sangatlah berbeda dengan kita

    BalasHapus
  5. Saya sering dengar dari berbagai media katanya agen-agennya itu gencar banget ya Kak untuk deketin orang. Jadi seram juga kalo terlalu agresif deketinnya. Hehe
    Untuk budaya antri dan on time emang patut diacungi jempol di Korea.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banget!! mereka gencar. Dan paling bingung itu, dia mendekati saya yang berjilbab yang mana seharusnya mereka tau kalau hijab itu pakaian bagi wanita islam.

      Hapus
  6. Budaya yang bisa contoh dan terapkan dalam kehidupan saat ini adalah self service, on time, dan antri.

    Jujur saja, saya pun sekarang ketika makan di rumah makan atau restoran, selalu membantu petugas, dengan membereskan sisa makan, dan kadang kala suka membersihkan noda-noda minyak yg menetes di meja, lalu merapikan bekas makanan degan menumpuknya agar memudahkan petugas dalam membereskan

    Untuk urusan on-time, kadang suka kesal sendiri ketika membuat janji dengan kawan jam 4, saya sudah di lokasi jam 4 kurang 5 menit, eh si kawan sampai jam 4 lewat 30 menit belum juga muncul batang hidungnya wkwkwkw harus sabar kalo soal ini, jam karet euy

    Lalu soal antri, kadang tidak habis pikir sama orang yang suka menyerobot antrian, lalu dengan tanpa bersalahnya menyingkirkan orang yang sedang mengantri dengan alasan 'Buru-buru". Untuk ini, saya pernah mengalami pengalaman dimana suatu pagi ketika saya hendak membeli nasi uduk utk bekal sarapan bekerja, pembeli sedang ramai dan banyak antrian, termasuk saya, lalu tidak berselang lama, datang seorang ibu-ibu, dengan enaknya menyerobot antrian dan berkata ke penjualnya seolah tanpa dosa, dia berkata "Bu, saya duluan ya bu, nasi uduk 2 porsi, anak saya mau berangkat sekolah nih."

    dia tidak melihat kondisi sedang ramai dan antrian juga banyak, sungguh tidak habis pikir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebelum berkunjung ke Korea, palingan saya cuma sebatas membersihkan tisu bekas pakai saat makan di resto. Tapi setelah dari Korea, jadi terbiasa menumpuk semua piring. Kalau ke resto kayak McD, langsung taro alat bekas makan ke tempat yang udah disiakan.

      Indonesia emang jam karet banget, saya bahkan pernah menunggu teman 1 jam lebih, padahal kalau dilihat jarak dr rumah ke tempat janjian, saya yang paling jauh. emang teman yang kayak gitu nyebelin yah. Setidaknya kasih tau bakalan telat, supaya kita bisa menyesuaikan waktu.

      Nah kalau masalah antri, di Indonesia itu biasanya emang para oknum "ibu-ibu" suka egois merasa paling buru-buru/enggak ada waktu sehingga menyerobot antrian.

      Hapus
  7. Sama, saya juga takjub sama budaya antri Korea. Waktu itu lagi makan di resto di hotel Lotte, trus mau ke toiletnya. Saya ngantri, lalu saya meleng sebentar soalnya benerin tas. Masuk lagi, depan saya udah ada orang tapi pas kamar kosong saya dipersilakan duluan. Keren banget emang. Salah ngasi duit pas bayar di 7Eleven, trus dibantu orang Korea sebelah saya (gak kenal dia kebetulan berdiri di situ), dikasi tau kalo uang saya kebanyakan.

    BalasHapus
  8. Negara-negara maju umumnya terkenal dgn budaya ngantri dan ontime-nya terutama Korea Selatan. Kalau ke Korsel setidaknya kita tau kalau makanan di KFC or MCD nya gak tersedia nasi jadinya bawa sendiri dari rumah gitu ya, Kak dan siap2 baper ya kalau yang jomblo ke sana, hehehe.

    BalasHapus
  9. Pastinya akan ada budaya yang membuat kita kaget saat pertama kali berkunjung. Namun setidaknya ada gambaran, biar lebih siap dan nyaman saat berlibur di sana ya

    BalasHapus
  10. culture shock nya tapi banyak banget yang bagus2 ya kak, apalagi yang aman meninggalkan benda berharga di tempat umum, berharga banget nilai dan kebiasaan ini. klo makan di mcd/kfc sendirian, pr banget yaa ga ada single portion huuhu

    BalasHapus
  11. jadi di korea gak dijual minyak dengan ukuran besar yaa, gak kayak di Indonesia, minyak dijual di jerigen besar (18 liter), hehehe

    BalasHapus