It is an Unpredictable Plan of God

Selasa, 15 Oktober 2013

mungkin setiap orang pernah mengalami titik paling terendah, dimana dia merasa kesepian di tengah keramaian, merasa dibohongi di tengah kejujuran, mencintai (seseorang) tapi tak mau dicintai (oleh orang lain), bosan, jenuh, kangen keluarga, kangen seseorang di sana, terlalu dibebani oleh sebuah kepercayaan, tidak menyukai orang-orang yang harus ditemui setiap hari, ketika merasa kenapa saya disini?! kenapa kota ini (Gwangyang) selalu membuat saya bersedih? kenapa saya tidak ditempatkan di kota Pohang saja? kota yang pernah saya tempati, disana saya punya banyak teman baik orang Korea & orang Indonesia, seonsaengnim-seonsaengnim yang baik, oppa-oppa yang bersahabat, eonni yang ramah dan mister yang pintar. Disana juga ada teman-teman yang se-departmen dengan saya, yang sebelumnya kita telah merencanakan jalan-jalan bersama saat di Korea nantinya.

Namun kenyataannya saya dikirim ke kota yang dulu pernah membuat saya bersedih, karena satu hal yang saya malas untuk membahasnya,

Saya dikirim ke Gwangyang bersama tim departmen lain yang saya tidak kenal sama sekali dan saya juga asing dengan bidang mereka. Awalnya saya coba menerima dan berpikir positif. Namun setelah saya jalani, saya merasa kenapa mereka begitu? saya terlalu terbiasa dengan teman di departmen saya dan terlalu berekpektasi sama terhadap mereka. mungkin saya tak bisa jelaskan mengenai perlakuan mereka, tapi jangan terlalu membayangkan yang aneh-aneh, mungkin saya terlalu menuntut dan membandingkan.

Selain itu, ada seorang pengajar yang amat sangat menjatuhkan kepercayaan diri saya, saya yang dari awal tidak suka dikirim ke kota ini bersama departmen lain yang amat saya tidak kenal baik orang & materinya, semakin lemah dengan perlakuan pengajar tersebut. Ini salah satu poin penyumbang saya benci kota ini.

Selama masa bisnis trip, saya tinggal di Oneroom bersama 2 orang dari dept. lain. mereka sering keluar diajak makan oleh pengajarnya, bisa dibilang hampir tiap hari. Saya bukannya iri tidak diajak, tapi saya sedih aja selalu sendirian di kamar. Kesendirian membuat saya tidak bisa merubah image kota ini.

Waktu di Pohang, saya ngefans sama salah satu enginer. Secara fisik dia tinggi, putih & cakep. Tapi yang bikin saya ngefans dia adalah, dia pintar dan konyol a.k.a tidak jaim. Kadang-kadang tingkah lakunya kayak bocah, bahkan dia pernah dadah-dadahin kamera cctv yang terpasang di dalam pabrik. sumpah itu kocak banget. inilah salah satu alasan saya pengen ke Pohang, saya kangen si mister. Dan, kalau boleh jujur, ada seseorang yang saya sukai saat itu dan ternyata dia dikirim ke Pohang, inilah alasan saya lebih memilih Pohang dari pada Gwangyang.

dan saya selalu bertanya, Gwangyang, kenapa kamu selalu membuat saya bersedih?? saya tak ada alasan untuk menyukai kamu..

Saya rasa saya kurang bersyukur sampai akhirnya Tuhan dengan jelas-jelas memutar balik keadaan, dimana awalnya saya yang benci Gwangyang dan tak punya alasan menyukainya namun pada akhirnya menjadi amat menyukai kota Gwangyang dan kota itu memberikan alasan bagi saya tuk mencintai dan mengenangnya.

내가 왜 광양을 사랑해질 수 있는 이유는 다음 이야기를 읽으세요~~

Tidak ada komentar

Posting Komentar