Assalamualaikum
Halo, apa kabar semuanya?
Di semester 2 tahun 2025 ini saya cukup sering ke kafe untuk mengerjakan tugas dan pekerjaan freelance, atau dikenal dengan istilah work form cafe (WFC).
Berbagai kafe telah saya kunjungi, dan kafe andalan saya adalah Kopi Kenangan Bendungan Hilir karena lokasinya sangat dekat dengan kosan dan tempatnya sangat nyaman. Saking sering dan betah WFC di Kopi Kenangan, sampai-sampai saya menulis review Kopi Kenangan Bendungan Hilir di blog.
Selama WFC di sana, saya jadi memperhatikan kondisi sekitar. Seperti pelayanan karyawannya, kondisi fasilitas kafe hingga tingkah laku para konsumen.
Jujur, pelayanan para karyawan di Kopi Kenangan ini sangat baik. Mereka selalu menyapa konsumen yang baru membuka pintu, padahal mereka berada di meja barista/kasir. Selain itu suara mereka sangat jelas saat berinteraksi dengan konsumen. Kadang suka kesal kalau bertemu karyawan kafe atau minimarket yang suaranya sangat kecil. Sehingga membuat kita sebagai konsumen jadi terkesan budek. Lalu setelah menyajikan minuman, mereka tak lupa mengucakpan terima kasih.
Namun sebaliknya, tingkah laku para konsumen terkadang agak menjengkelkan dan cukup mengganggu kenyamanan. Dan sebenarnya ini juga bahan intropeksi bagi diri saya sendiri, supaya tidak melakukan hal yang sama.
Memang nggak ada peraturan tertulis tapi menurut saya, yang juga merupakan konsumen di kafe, ada beberapa etika yang perlu diperhatikan saat ke kafe/coffee shop demi kenyamanan bersama.
Etika/Peraturan Tak Tertulis
saat di Nongkrong di Cafe atau saat WFC
1. Jangan berisik
Memang, salah satu alasan orang ke coffee shop adalah untuk mengobrol atau nongkrong bersama teman. Namun alangkah baiknya jika mengobrolnya dengan suara yang normal saja, nggak perlu volume tinggi dan tertawa terbahak-bahak.
Saya beberapa kali cukup terganggu dengan kumpulan orang yang mengobrol dengan volume tinggi. Padahal ada juga loh sekumpulan pengunjung yang ngobrolnya pelan.
Pengunjung yang berisik dapat mengganggu kenyamanan pengunjung lain. Dan kadang dapat memancing pengunjung lain untuk mengobrol dengan volume tinggi juga, karena kalau ngomong pelan jadi kurang terdengar. Parahnya, kalau sudah banyak yang berisik, suara karyawan yang memanggil nomor antrian pesanan jadi nggak kedengaran.
Selain kumpulan orang yang mengobrol dengan volume tinggi dan tertawa terbahak-bahak, sumber berisik di kafe juga datang dari orang yang menelepon dengan suara kencang, ada yang tiba-tiba nyetel lagu sendiri dan ada yang scroll TikTok/medsos dengan volume tinggi.
2. Pesanan yang wajar
Sebagai pengunjung yang akan menongkrong agak lama, ada baiknya kita memesan minuman dan makanan yang wajar.
Misalnya, kamu ke cafe berdua dengan teman untuk mengerjakan tugas. Minimal masing-masing memesan 1 minuman. Lalu jika WFC lebih dari 2 jam, ada baiknya memesan makanan atau snack tambahan.
Saya pernah melihat dua orang yang sepertinya sudah lama berada di kafe, dan minuman mereka sudah habis. Lalu salah satu temannya pergi dan yang satu masih di kafe dan malah tidur. Padahal mereka menempati meja untuk 4 orang, yang mungkin incaran grup pengunjung lain.
Intinya, saat nongkrong di kafe, pesanlah minuman/makanan sewajarnya. Jangan membuat pihak kafe merugi.
3. Tidak membawa makanan/minuman dari luar
Beberapa kafe dan restoran sudah banyak memasang poster dilarang membawa makanan/minuman dari luar. Walaupun ada kafe yang belum memasang larangan tersebut, bukan berarti kamu bebas membawa hingga menyantap makanan di kafe tersebut.
Memang di Kopi Kenangan Bendungan Hilir belum ada larangan membawa makanan dari luar, namun saya merasa miris melihat beberapa pengunjung yang santai membawa makanan dan santai menyantapnya di kafe tersebut.
Masalahnya, makanan yang dimakan bukan sesimpel wafer atau roti, tapi seperti nasi uduk, berbagai gorengan dan makanan yang berbungkus kotak. Padahal di Kopi Kenangan juga menjual nasi, ayam goreng krispi dan mie goreng, sehingga nggak ada alasan untuk membawa makanan berat dari luar. Dan parahnya, ada pengunjung yang keluar begitu saja, tanpa membuang atau membawa bungkus makanan yang dibawa dari luar.
4. Bijak menggunakan wifi
Alasan kenapa orang wfc adalah karena ada wifi gratis yang disediakan oleh kafe. Oleh karena gratis, sebagai pengunjung harusnya bijak menggunakan wifi.
Sejauh ini saya merasa wifi Kopi Kenangan sangat bagus, sinyalnya stabil dan kuat. Namun, saya merasa kesal jika ada pengunjung lain yang menggunakan wifi tersebut untuk streaming Youtube atau main game online. Kebetulan saat itu kafe tidak begitu ramai, tapi mungkin saja wifi kafe akan jadi lelet jika kebanyakan pengunjung di sana menonton streaming video atau aktifitas lainnya yang sangat menyedot bandwidth internet.
Oleh karena itu, salah satu etika saat nongkrong di kafe adalah bijak menggunakan wifi dengan tidak streaming video atau bermain game yang berat.
Baca juga : Ketika Kaum Milenial Main Roblox
5. Rapikan tempat sebelum pergi
Banyak coffee shop di Indonesia yang konsepnya sebenarnya self service yaitu pesan sendiri di kasir dan ambil pesanan sendiri. Karena memang di coffee shop itu karyawannya seperti tidak ada pembagian tugas. Semuanya berpusat di meja barista. Berbeda dengan restoran yang memiliki peran penerima tamu, pelayan, kasir, dan koki.
Masih banyak pengunjung yang belum peka dengan hal tersebut dan memang mungkin pihak kafe belum terang-terangan mengajak konsumen untuk membuang sampah makanannya sendiri.
Oleh karena itu, sebaiknya pengunjung merapikan meja sebelum meninggalkan kafe. Setidaknya buang sendiri semua sampah pada tempat sampah yang sudah disediakan. Apalagi sampah makanan/minuman yang dibawa dari luar.
***
Sekian 5 etika atau peraturan tak tertulis saat nongkrong di cafe atau saat WFC. Semuanya adalah pendapat saaya setelah hampir 6 bulan sering WFC di Kopi Kenangan dan kafe lainnya.
Bagaimana menurut teman-teman? Apa ada etika lain yang perlu ditambahkan?
xoxo
dila

Tidak ada komentar
Posting Komentar